Saturday, November 18, 2006

PM Baru Swedia Fredrik Reinfeldt: “Tak Suka Kotor.”

PM Baru Swedia Fredrik Reinfeldt: “Tak Suka Kotor.”

Pemimpin oposisi yang baru saja terpilih menjadi Perdana Menteri Swedia ini punya hobi unik: mencuci semua yang terlihat kotor di dapur. “Saya suka kebersihan,” kata Fredrik Reinfeldt. Kali ini hobinya akan tersalurkan dengan sangat leluasa. Begitu menjabat sebagai PM, adalah “membersihkan” pengangguran. Terutama sekali pengangguran terselubung.
“Dalam bilangan persen, penduduk usia kerja yang tidak bekerja, atau sedang menempuh studi—termasuk mereka yang mengajukan pensiun dini, para pemagang kerja, dan para penderita cacat—dan ini disebut pengangguran, mencapai 21 persen,” ucap Reinfeldt suatu ketika.
Fredrik Reinfeldt, ketua partai Moderat, memenangi pemilu Swedia pada Minggu lalu dengan cara memimpin aliansi gabungan sayap kanan dan kelompok tengah untuk mengalahkan partai Demokrat Sosial pimpinan Goeren Persson. Sebelumnya, Reinfeldt dikenal sebagai orang yang memberi bentuk baru pada partai Moderat yang konservatif.
Seperti Tony Blair yang menggeser Partai Buruh (dari kekiri-kirian menjadi kelompok tengah), Reinfeldt juga menyulih sasaran pemilihnya (dari kelompok sayap kanan kelas atas menjadi kelompok lebih menengah yang punya dukungan besar). Padahal, sasaran baru ini tadinya menjadi pendukung aktif partai Demokrat Sosial, rival terberatnya.
“Ia adalah seorang yang kalem, penuh pemikiran, juga pendengar yang baik. Pendekatannya yang hangat, dengan tutur bahasanya yang lembut, sangat memikat hati pemilihnya,” kata Henrik Brors, editor dari koran terkemuka Swedia, Dagens Nyheter. Masih menurut Brors, “Strategi pemilunya adalah mencuri suara dari kelompok sayap kanan partai Demokrat Sosial.”
Reinfeldt mengambil alih kepemimpinan partai Moderat pada Oktober 2003 setelah kekalahan yang buruk pada pemilu setahun sebelumnya—di mana perolehan suara partai terpuruk dari 23 persen hingga tinggal 15 persen saja. Sejak itulah ia melembutkan citra partai yang tadinya dikenal sebagai ancaman bagi negara Swedia. Ia pun menampilkan diri seperti Bill Clinton setelah lengser dari kursi kepresidenan AS.
Langkahnya berhasil. Menjelang pemilu, sebuah poling menyatakan bahwa partai Moderat akan meraih peningkatan perolehan suara hingga 23 dan 30 persen. Tetapi, dengan rendah hati ia menanggapi poling itu, “Saya bukan golongan orang suka ramalan. Kami tidak berencana membuat Lompatan Besar ke Depan. Masyarakat adalah apa yang dibuat kumpulan manusia atasnya, dan bukan sesuatu yang diputuskan dari atas ke bawah.” Nyatanya, partai Moderat meraih 26,1 persen suara, hasil terbaik yang bisa mereka peroleh sejak 1928.
Reinfeldt terlahir pada 4 Agustus 1965 sebagai putra sulung dari tiga anak pasangan Bruno dan Birgitta Reinfeldt. Ia meraih gelar sarjana ekonomi sebelum mengawali karir di bidang politik—ketika menjadi pemimpin dari sayap pemuda dari parta Moderat pada 1992.
Tidak seperti banyak politisi yang lebih tua, Reinfeldt tumbuh di lingkungan masyarakat kaya ciptaan partai Demokrat Sosial dalam periode pascaperang, di mana pajak yang tinggi membuat negara mampu mmberikan jaminan sehari-hari kepada penduduk, pelayanan kesehatan, sekolah, kelompok-kelompok olahraga, dan sebagainya.
“Ia cukup bisa dipercaya kalau ia bilang akan mempertahankan model ekonomi Swedia. Ia tumbuh bersama sistem itu, dan tahu sisi baiknya,” tambah Brors.
Para pemimpin partai Moderat sebelumnya seperti Carl Bildt memang menyerukan pemotongan pajak yang diharapkan akan mengurangi subsidi pemerintah—satu hal yang membuat rakyat manja karena subsidi bagi pengangguran, misalnya, bisa mencapai 80 persen dari upah buruh.
Reinfeldt tidak mau sekeras itu. Ia hanya membersihkan yang menurutnya kotor. Ia akan mempertahankan sistem yang berlaku, tetapi menjanjikan beberapa perubahan. Ia menuduh langkah-langkah perekonomian partai Demokrat Sosial sebagai sebab mengapa angka pengangguran begitu tinggi di Swedia. Renfeldt pun melakukan kompromi. Ia akan memberlakukan pemotongan pajak hanya atas masyarakat berpendapatan rendah, dan mengurangi tunjangan bagi orang-orang yang tak bekerja, sehingga para pengangguran itu punya kemauan untuk bekerja.
Reinfeldt menikah dengan Filippa, seorang anggota dewan kota Taby, di wilayah Stockholm, di mana mereka menetap. Mereka punya tiga anak, yang umurnya berkisar 6-13 tahun.


Dani Wicaksono

No comments: