Saturday, November 18, 2006

Fidel Castro Berjuang untuk Kuba

Fidel Castro Berjuang untuk Kuba

Fidel Alejandro Castro Ruz (lahir 13 Agustus 1926) adalah simbol revolusioner bagi Kuba. Castro tampil sebagai sekretaris pertama Partai Komunis Kuba (Communist Party of Cuba) pada 1965 dan mentransformasikan Kuba ke dalam republik sosialis satu-partai.
Setelah menjadi presiden, ia juga didaulat sebagai komandan Militer Kuba. Pada 31 Juli 2006, Castro menyerahkan jabatan kepresidenannya kepada adiknya, Raúl untuk beberapa waktu.
Pada masa revolusi, sekitar 1947, Castro terlibat dalam upaya kudeta diktator Republik Dominika Rafael Trujillo. Ia gagal, dan lari ke New York (Amerika Serikat). Castro meneruskan sekolahnya. Setelah meraih doktor di bidang hukum pada 1950, ia memprotes dan memimpin gerakan bawah tanah anti-pemerintah atas pengambil-alihan kekuasaan lewat kudeta oleh Fulgencio Batista pada 1952. Kemudian, sahabat Che Guevara ini memimpin gerakan bawah tanah anti-pemerintahan Fulgencio Batista. Tahun 1953, ia memimpin serangan ke barak militer Moncada di Santiago de Cuba, namun gagal. Sebanyak 69 orang dari 111 orang yang ambil bagian dalam serbuan itu tewas, sementara ia dipenjara 15 tahun.
Keluar pada 15 Mei 1955, ia bersama sang adik, Raul Castro, langsung memimpin upaya penggulingan diktator Batista. Perlawanan gerilya ini kemudian dikenal dengan Gerakan 26 Juli. Bedanya dengan serbuan pertama, kali ini Castro berhasil menghimpun kekuatan publik, dan menjadikan perangnya sebagai peperangan rakyat semesta. Ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan Batista yang menindas diubah oleh Castro menjadi senjata paling ampuh untuk memenangi perjuangan. Pada 1 Januari 1959, Batista tumbang. Fidel Castro pun menjadi pemimpin dari negara komunis pertama di belahan Barat dunia.
Invasi Teluk Babi, April 1961, yang disponsori Amerika di bawah pemerintahan Presiden John F. Kennedy gagal sama sekali. Kepahlawanan Castro pun semakin menjadi-jadi. Perairan Kuba menjadi saksi betapa negara yang luasnya lebih kecil dari Jawa itu sukses memukul mundur negara adidaya AS.
Kuba memang tidak terlalu kuat secara ekonomi bila dibanding dengan rival AS seperti Rusia, China, dan Jepang. Gula, sebuah komoditas andalan Kuba, yang pengetahuan tentang pengolahan dan tradisinya diwarisi dari budak-budak bawaan orang Perancis, barangkali hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Tetapi Kuba sangat kuat secara politik. Dari sedikit negara di dunia yang berani menentang Amerika, Kuba menjadi salah satunya.
Pada masa kin, Castro mulai menggalang kekuatan untuk melawan dominasi Amerika Serikat dan bekas negara Uni Soviet. Setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, cita-cita dan impiannya mulai diwujudkan dengan bertemu Hugo Chavez di Venezuela dan Evo Morales dari Bolivia.
Kesehatan Castro sempat menurun setelah jatuh ketika berpidato pada 2004. Waktu itu, lutut kiri dan lengan kanannya terluka. Ia sudah terlalu lemah (80 tahun) untuk memimpin. Dan sekarang ia telah menyerahkan tampuk kepemimpinan Kuba kepada Raul Castro.
Mungkin Amerika ingin Castro cepat-cepat mati. Tetapi, walaupun dalam waktu dekat atau lama ia benar-benar meninggal, dunia tidak akan lupa bila di Kuba pernah berdiri seorang pahlawan revolusioner yang ajarannya abadi, yang mengabdikan seluruh hidupnya demi Kuba.
Dani Wicaksono/BBC/Wikipedia

No comments: