Monday, December 11, 2006

Chavez Bertahan, Amerika Latin Merona Merah

Chavez Bertahan, Amerika Latin Merona Merah

Karena dia, “komunisme baru” bergentayangan di Amerika Latin, sekaligus menjadi hantu di Amerika Serikat. Delapan puluh restoran siap saji McDonald di Venezuela langsung ditutup sejak setahun lalu, dan dituntut telah melakukan penggelapan pajak.

Perusahaan-perusahaan multinasional (khususnya yang bergerak di bidang minyak) diusir atau dibeli mayoritas sahamnya oleh pemerintah Venezuela, sementara elite-elite lama di negara itu segera dituduh menjadi alat bagi korporasi imperialisme Amerika Serikat. Dan sekarang, orang yang berada di balik semua berita di Amerika Latin itu, Hugo Chavez, terpilih kembali sebagai Presiden Venezuela sejak pemilu 3 Desember lalu.

Chavez adalah peletak dasar Revolusi Bolivarianisme di Venezuela, yang menyajikan interpretasi sosialis-demokratik dari ide-ide Simon Bolivar, yang tujuan utamanya adalah menentang hegemoni kapitalisme dan neoimperialisme Washington. Ia adalah orang yang memperkenalkan demokrasi partisipatoris (di mana rakyat tidak hanya berlaku sebagai subyek yang diam), seraya memperkenalkan sosialisme abad 21 (yang “berbeda” dibanding Uni Sovyet atau China dulu). Ia pula penggagas uang minyak bagi orang miskin, di mana keuntungan dari pendapatan minyak Venezuela digelontorkan untuk proyek-proyek pengembangan sumber daya manusia seperti pendirian sekolah-sekolah di daerah rural dan urban, pendirian toko-toko kelontong yang disubsidi pemerintah (istilahnya: “mercal”) sehingga harganya hanya separuh dari pasar, atau klinik-klinik medis bebas biaya.

Hugo Chavez, orang yang diharapkan oleh para elite AS dan Venezuela bernasib sama dengan Salvador Allende dari Chile, memenangi pemilu presidensial dengan 62,89 persen (7.161.637) berbanding perolehan suara Manuel Rosales yang hanya 36,85 persen (4.196.329). Bersamaan dengan itu, Chavez mengambil sendiri tongkat estafet Revolusi Bolivarian, dan kembali menggaungkan proyek sosialisme abad 21.

Sebulan kemarin memang waktu yang sangat signifikan bagi Amerika Latin. Nikaragua berpesta seiring dengan kembalinya pemimpin Sandinista, Daniel Ortega, ke tampuk pemerintahan, dan ratusan ribu orang memperingati hari kelahiran Fidel Castro yang ke-80. Dunia semakin yakin bahwa perlahan tapi pasti, Amerika Latin tengah membuat konsensusnya sendiri: tegak dan semakin kuatnya kelompok sayap kiri yang serempak menentang dan menantang kedigdayaan Amerika Serikat.

Aliansi Kuba, Venezuela, dan Bolivia, yang disebut “Poros Kebaikan”, atau ada pula yang bilang “Poros Harapan”, kembali kukuh sebagai penantang paling kuat dari kepentingan-kepentingan imperialisme Amerika Serikat, secara regional atau internasional. Perekonomian negara Venezuela tumbuh pada kisaran 10 persen per tahun selama tiga tahun terakhir, yang mengakibatkan ledakan konsumsi, yang akhirnya melipatgandakan pendapatan negara. Kemiskinan berhasil dikurangi: dari 55 persen menjadi sekitar 33 persen pada triwarsa itu juga.
Akan tetapi, meskipun kekuatan politik dan ekonomi Venezuela cukup mampu menandingi Washington di kawasan itu, dan Hugo Chavez memimpin untuk ketiga kalinya sejak 1998 (atau kedua kalinya di bawah Konstitusi 1999), tetap saja ada kemungkinan-kemungkinan persoalan yang harus ditanggulangi.

Pertama, adalah soal eksternal. Pemerintahan George W Bush sangat ingin menggulingkan Chavez dari kursi kepresidenan. Chavez dianggap cukup vokal mengkritik Gedung Putih, dan pantas disingkirkan dengan cara apa pun. Bisa jadi Washington akan mendekati kelompok oposisi pimpinan Manuel Rosales, dan membujuk mereka untuk bahu-membahu “mengganggu” Chavez—seperti yang selalu dilakukan AS terhadap Fidel Castro di Kuba. Tak perlu disangsikan, Pemerintahan Bush pastilah akan terus mencoba menggoyang dan mengisolasi Venezuela, serta merongrong Chavez sedikit demi sedikit.

Kedua adalah persoalan internal, yang semakin hari semakin besar, yakni tentang menggejalanya patronase dan korupsi. Dua soal ini telah lama berurat akar di Venezuela, bahkan sejak sebelum Chavez memimpin. Kalau dibiarkan, patronase dan korupsi bisa menjadi benalu yang merusak program-program sosialisme Chavez. Untung bagi Venezuela dan proyek Bolivarian, Chavez telah mengumumkan bahwa dua program awal tahun depan terutama sekali adalah reformasi administrasi publik (termasuk penanggulangan korupsi), dan membentuk sebuah partai revolusi yang bersatu.

Di luar itu, barangkali Chavez hanya tinggal menunggu waktu tibanya perlawanan hebat yang akan dikobarkan oleh Amerika Serikat. Sebab karena Chavez, Amerika Latin perlahan-lahan merona merah sewarna api.

Dani Wicaksono/The Economist/Venezuela Information Office(VIO)/Venezuelananalysis.com